Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, yang juga Ketua Kunjungan Kerja Komisi IV perihal Jaring
Pendapat/Menerima Masukan Dalam Rangka Penyusunan dan Perumusan Draft
dan Naskah Akademis RUU Tentang Perkebunan, Komisi IV mengadakan dengar
pendapat akademisi, praktisi dan pelaku usaha perkebunan yang ada di
beberapa wilayah di Indonesia yang dibungkus dalam acara Forum Discussion Group (FGD)
di Aula Perpustakaan Universitas Riau, Kamis (19/9). FGD ini merupakan
hasil kerjasama Komisi IV DPR RI, Ditjen Perkebunan Kementan RI, Dinas
Perkebunan Provinsi Riau, dan Fakultas Pertanian Universitas Riau.
“Riau
merupakan daerah potensial untuk perkebunan, untuk itu kami datang untuk
mendengar pendapat dan tanggapan dari seluruh pihak yang ada disini
tentang RUU Perkebunan yang akan kita rancang. Dan kita akan membawa
masukan ini kepada rapat di komisi IV nantinya”ujar Firman dalam
sambutannya.
Dalam
kegiatan FGD ini, diundang praktisi akademis dari Universitas Riau
seperti Ir Gulat Manurung, Prof Dr Almasydi Syahza, Dr. Syaiful Hadi,
Besr Nasrul SP MSi, Dr. Firdaus, Ir. Sukemi Indra Putra Saputra. Dan juga dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
(GAPKI) Riau, Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (Aspekpir) Riau dan juga
mahasiswa, Badan Lingkungan Hidup, dan Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Riau.
Sedangkan
menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs Zulher MS, FGD cukup
memberi dampak positif bagi Riau karena pemerintah daerah dan pihak
terkait lainnya diberi kesempatan untuk memberi masukan kepada panitia
kerja RUU Perkebunan.
Dalam sambutannya, Zulher berharap agar RUU ini dapat berpihak kepada petani kecil.
“Karena Petani Pekebun di Indonesia ini pada umumnya masih jauh dari kesejahteraan”ujar Zulher.
Dalam Diskusi yang berjalan selama 2 jam tersebut, terdapat 3 issu besar yang diaspirasikan oleh peserta diskusi yaitu, Pertama Issu Bea Keluar (Export Tax) yang
tidak ada imbal balik kepada daerah. Seperti yang diungkapkan Kadisbun
Riau pada sambutannya dan diamini oleh Prof Almasydi Syahza dalam acara
diskusi. Tahun 2012, Pajak Ekspor CPO saja mencapai 14 trilliun. Namun
dari jumlah tersebut tidak ada yang turun ke daerah sedikit pun.
“Sedangkan
daerah menerima imbas buruknya seperti infrastruktur yang semakin
buruk, beban kesejahteraan rakyat, konflik ekonomi sosial dan
budaya”ujar Zulher.
Untuk
itu, sambung Prof. Almasydi Syahza, seharusnya ketentuan pajak ekspor
itu juga dimasukkan ke dalam RUU Perkebunan terbaru. Bahkan, katanya
potensi Pajak Ekspor hasil perkebunan tahun 2013 diproyeksikan mencapai
Rp 32 trilliun.
“Agar daerah memiliki imbas positif juga dari pajak ekspor ini”ujar Almasydi.
Kedua, tentang
Penanaman Modal Asing. Hampir semua peserta Diskusi menyepakati bahwa
seharusnya RUU Perkebunan tidak pro PMA untuk subsektor perkebunan pada
umumnya. PMA bisa dilakukan kepada sektor hilir perkebunan saja. Seperti
pengolahan CPO menjadi minyak goreng, Bioetanol maupun yang lainnya.
“Hal ini kita lakukan untuk melindungi perkebunan masyarakat” Ir Gulat Manurung dalam penyampaiannya.
Sedangkan
Ketua GAPKI Riau, Wisnu O Suharto, menyambut baik FGD ini, karena semua
pihak dapat memberi pendapatnya tentang RUU Perkebunan. Namun, Wisnu
mengharapkan pasal yang membahas tentang perusahaan perkebunan dapat
melaksanakan operasional usaha setelah mendapatkan Izin Usaha Perkebunan
(IUP). Hal itu memberatkan katanya, karena proses pengurusan IUP cukup
lama maka dia mengusulkan IUP dapat diganti dengan Izin Lokasi.
“Mau berkebun kapan kalau kita menunggu IUP baru operasi”ujar Wisnu.
Ketua Aspekpir Riau, Setiono, sangat menekankan PMA jangan diberi kelonggaran untuk membuka kebun.
Sementara
itu Dekan Fakultas Pertanian UNRI menekankan RUU ini dapat menjadi
pijakan baru terhadap investasi bidang perkebunan nantinya. ***
“Yang penting RUU ini dapat lebih Pro-Petani kecil” harap Usman.
Diakhir
diskusi, Zulher menyambut gembira dengan hasil FGD ini, karena seluruh
pihak dapat melihat dan membahas langsung RUU Perkebunan.
“Kita
harap aspirasi dari semua pihak yang diundang dapat memberi kontribusi
terhadap perancangan Undang-undang Perkebunan”harap Zulher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar