Selasa, 11 Februari 2014

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian  umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit di masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan  kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Balai Informasi Pertanian,1990).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit  tetap bertahan dan memberi sumbangan besar  terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.  Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit  adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)  adalah pengendalian hama dan penyakit.
 Sektor  perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dalam pembutan makalah ini, adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1.      Apa definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
2.      Apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
3.      Apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
4.      Bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Pembaca mengetahui definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.
2.      Pembaca mengetahui apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.
3.      Pembaca mengetahui apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.
4.      Pembaca mengetahui bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.


1.4  Dasar Pandangan
Tanaman Kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Daun kelapa sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2005).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun.
Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun, hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
      Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).
      Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air.
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
1.5  Metode Penulisan
Metode penulisan dalam pembutan makalah ini adalah secara kuantitatif yang artinya hanya berdasarkan sumber-sumber yang ada. Dalam pembutan makalah ini penulis tidak langsung melakukan percobaan ke lapangan hal ini di karekan keterbatasan waktu, sehingga penulis hanya mengambil data-data dari sumber/buku tentang ilmu pertanian.


BAB II
ISI
2.1 Definisi Hama dan Penyakit Tanaman
A.    Hama dan Penyakit Tanaman
“Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). “Hama tanaman sering disebut  ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani’” (Rukmana, 2002:14).  Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1.      Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2.      Organisme yang  “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3.      Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4.      Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;
5.      Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
            Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang  karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia.
Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-ruas, bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh serangga yang sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang menyusui, yang betina memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain: kelelawar, tupai, musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan nematode. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode adalah jenis cacing berukuran kecil  dan umumnya berbentuk silindris.
Golongan nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode dapat hidup sebagai parasit dalam tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang. Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti: kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
1.      Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
2.      Serangan hama pada bagian batang  atau cabang dan rangitng menyebabkan  pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
3.     Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).
      4.  Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun  
            bijinya hampa.
B.     Pengertian Penyakit Tanaman
“Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit.
Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan,
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil.
Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain). Cendawan dapat juga disebut jamur. Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunya klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Bakteri adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme) yang sebagian besar termasuk saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk lain, tidak merugikan dan menguntungkan  mahluk lain tersebut). Virus adalah pathogen obligat (hanya hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup). Ukuran virus amat kecil (submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu protein dan nucleic acid.
Virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada semua bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan tempat tanaman tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitat asli tanaman, sehingga tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal. “Gejala penyakit akibat faktor lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit akibat dari mahluk hidup, perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan tidak menular” (Rukmana, 2005).
Penyakit tanaman yang merupakan suatu penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat beragam bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak coklat dan busuk. Akibatnya, tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis secara maksimal. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan ekonomis, berupa penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit sehingga tanaman tersebut sakit.
Tangkai bunga atau buah berubah warna dari hijau menjadi kuning, bahkan diikuti dengan terjadinya gugur bunga atau buah. Akar tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang membengkak dan berbintil-bintil mirip “gada” sehingga tidak mampu menghisal air dan unsure hara merupakan pertanda diserang penyakit akar bengkak.
Setiap parasit tanaman berkembang dalam siklus kejadian-kejadian yang berurutan dengan teratur, yakni sebagai berikut (Rukmana, 2005):
1.      Parasit harus menghasilkan inokulum yang dapat menularkan penyakit ke tanaman yang sehat. Misalnya, inokulum virus adalah virion, bakteri berupa sel-sel bakteri, cendawan dengan spora, dan nematode dalam bentuk telur atau larva instar kedua.
2.      Inokulum disebarkan ke jaringan-jaringan yang peka (rentan). Proses ini disebut “inokulasi”. Agen inokulasi dapat berupa serangga (untuk virus, bakteri, mycoplasma, dan cendawan) atau air dan angin (untuk cendawan).
3.      Parasit harus masuk ke dalam tanaman  melalui luka, bukaan alami (stomata, hidatoda, lentisel), atau menginfeksi langsung pada tanaman.
4.      Parasit mulai memparasit dalam tanaman inangnya. Proses ini disebut “infeksi”.
Siklus kejadian di atas berulang dengan cepat atau  lambat, tergantung pada kelahiran  (natality) parasit. Oleh karena itu bila tidak dilakukan usaha pengendalian, akan terjadi penyebaran dan ledakan hebat suatu penyakit (epidemi).
2.2  Jenis-jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Kelapa Sawit
A.    Hama yang menyerang tanaman kelapa sawit
1.       Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna bronz. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau.Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.
            Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
2.       Hama serangga.
Penyebab: Hama ulat setora (Setora nitens)
            Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.
            Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3%
3.      Kumbang oryctes
Penyebab:  Oryctes rhinoceros
            Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.
           
Pengendalian : untuk mencegah berkembangnya hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang mati dibakar agar larva hama ini mati. Pemberantasan secara biologis dengan menggunakan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.
4.      The oil palm bunch moth
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
            Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
            Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
5.      Mamalia
            Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
            Pengendalianya : dengan  cara biologi yaitu dengan cara memeliraha hewan peredator yg memangsa hewan tersebut. Salah satu contohnya adalah memelihara burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya  untuk membasmi hama tikus.


B.     Penyakit yang paling sering  menyerang tanaman kelapa sawit
1.      Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
A.      Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.
B.      Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
C.      Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.
Pengendalian :
A.      Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
B.      Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
2.      Penyakit garis kuning pada daun
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
A.      Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
B.      Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
C.      Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
            Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
3.      Penyakit batang dry basal rot.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
A.      Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
B.      Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.
C.      Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
         Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
4.      Penyakit busuk tandan (bunch rot)
Penyebab : cendawan Marasmius palmivorus sharples.
Gejala serangan :
A.      Penyakit ini menyerang tanaman berumur 3 – 10 tahun.
B.      Menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.
      Pengendalian :
A.      Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
B.      Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar tandan buah yang terserang.
C.      Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi
0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.
BAB II
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
   Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, antara lain :
1.       Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit.
2.      Masing-masing hama dan penyakit memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
3.      Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api, dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
4.      Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering diserang yaitu bagian daun tanaman.
5.      Pengendalian penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida atapunu pestisida, sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan predator dari hama itu sendiri, untk menghindari ledakan hama penyerang tanaman ini.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar