Kamis, 20 Februari 2014

PELATIHAN DI BIDANG PERKEBUNAN KELAPA SAWIT



Pelatihan

jum'at, 21 februari 2014 10:35 administrator

PT ASA TENERA PRIMA  menyediakan berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan hama, penyakit dan gulma serta teknis Budidaya  kelapa sawit.PT ASA TENERA PRIMA juga dapat memberikan berbagai jenis pelatihan di bidang perkebunan meliputi :
1.Pelatihan teknis Budidaya perkebunan
2.Pelatihan Best Management Perkebunan
3.Pelatihan pengendalian hama terpadu
Pelatihan tersebut dapat dilaksanakan di Perkebunan   Kelapa Sawit  pemilik, atau Anda dapat mengundang kami untuk memberikan pelatihan di tempat/kebun Anda.

Untuk keterangan lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami Team PT ASA TENERA PRIMA pada nomor telepon: (0761)-7724111 dan A/N Ika Putri Hp: 0852-6538-8038 

Kamis, 13 Februari 2014

Bunga Bank tinggi, produksi kelapa sawit terhambat


Bunga bank tinggi, produksi kelapa sawit terhambat


Berita Terkait- Suku bunga perbankan yang masih tinggi dinilai menghambat peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia. Padahal, pemerintah menargetkan peningkatan produksi kelapa sawit hingga 40 juta ton pada 2020.
Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tungkot Sipayung mengatakan, suku bunga perbankan di Indonesia masih yang tertinggi di Asia. Hal tersebut membuat petani sawit kesulitan memeroleh pembiayaan untuk meningkatkan produksi."Kebijakan kita tidak menarik, suku bunga tertinggi di Asia dan bank hanya melayani orang berdasi saja. Bagaimana kita mau meningkatan produksi sawit, petani kesulitan memperoleh dana," ucap Tungkot dalam seminar solusi kelapa sawit bertajuk "Solusi dan Alternatif Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia" yang diselenggarakanGreenPeace di Jakarta, Selasa (2/7).
Selain itu, Tungkot juga mengungkapkan, peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia dihambat oleh Infrastruktur yang minim. Bahkan, dia menyebut, kualitas infrastruktur di Indonesia terburuk di Asia.
"Industri sawit akan melakukan peningkatan produksi. Tapi, harus ada insentif ekonomi apa yang kita harapkan bisa terjadi," katanya.
Tahun lalu, produki kelapa sawit Indonesia mencapai 25 juta ton.

PM Belanda janji promosikan kelapa sawit Indonesia

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, berkomitmen akan membantu mempromosikan kelapa sawit Indonesia yang dinilai lebih ramah lingkungan. Hal itu diungkapkannya saat bertemu Wakil Presiden Boediono.
"PM Belanda menegaskan bahwa sangat memahami masalah itu, dan siap membantu Indonesia untuk lebih mendorong agar kita betul-betul bisa diterima di seluruh dunia sebagai industri sawit yang sustainable," kata Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (22/11).
Selama satu jam, kedua belah pihak berbincang hangat. Pada kesempatan itu, wapres kesiapan Indonesia dalam menghadapi pengurangan stimulus ekonomi yang akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat.
"Wakil Presiden menyampaikan concern mengenai industri kelapa sawit. Ini adalah industri yang sangat penting, dan kita minta supaya Belanda juga turut membantu bahwa kita ini sudah menyelenggarakan industri sawit yang sustainable, jadi mungkin sekarang banyak gejolak di mana-mana yang menginginkan kontrol yang lebih ketat," lanjutnya.
Mark Rutte membagikan pengalaman mengenai perkembangan pendidikan di negaranya. menurutnya, butuh waktu yang cukup lama demi mendapatkan pendidik maupun kepala sekolah dengan kualitas bermutu. Apalagi, saat ini dunia lebih membutuhkan sumber daya manusia yang siap untuk mendukung proses industrialisasi.
"PM Rutte mengatakan itu bisa memakan waktu sampai 40 tahun jadi memang bukan main-main, dan juga tadi disampaikan pentingnya untuk mengembangkan pendidikan yang lebih berorientasi pada pendidikan teknik bukan hanya pendidikan ilmu-ilmu sosial, karena itu memang sebetulnya diperlukan untuk mendukung industrialisasi di semua negara," paparnya.
Selama pertemuan itu, kedua belah pihak tidak menyinggung sama sekali isu penyadapan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Australia terhadap Indonesia dan 89 negara lainnya di dunia. "Sama sekali tidak menyinggung soal penyadapan, karena saya dengar tidak ada hubungannya dengan Belanda ya."

Merdeka.com

Merdeka.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya secara resmi menunjuk Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan yang baru, menggantikan Gita Wirjawan yang resmi mengundurkan diri akhir Januari 2014. Saat mengumumkan penunjukan Lutfi, SBY punya pesan khusus.
"Saya beri perhatian khusus agar Mendag melakukan diplomasi efektif agar Indonesia tidak mengalami perdagangan yang tidak fair terutama perdagangan kelapa sawit," ujar Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/2).
Tidak itu saja, Lutfi juga diminta ikut aktif menjaga kondisi perekonomian nasional yang tengah mengalami gangguan akibat belum pulihnya perekonomian global. Salah satu yang harus diperhatikan adalah kondisi neraca perdagangan yang masih defisit.
"Harus berusaha sekuat tenaga ekspor kita kalau bisa menemukan pasar baru. Juga tugas Mendag dalam kerja sama G20 atau kerja sama ASEAN, APEC," kata SBY.
Yang tidak boleh dilupakan, tugas utama Menteri Perdagangan menjaga stabilitas harga di dalam negeri. "Prioritas sebagai Mendag aktif berupaya melakukan stabilisasi harga di dalam negeri. Ini penting dan itu salah satu domain mendag," tegas kepala negara.
Sebelumnya, Presiden SBY mengaku telah melakukan fit and proper test pada mantan duta besar RI di Jepang, Muhammad Lutfi. Menurut SBY, Luthfi bukan orang baru dan telah berpartisipasi sekaligus memberi kontribusi nyata. Salah satunya saat menjadi kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Saat itu, kata presiden, Lutfi berhasil mengemban tugas menarik investasi di masa-masa ekonomi Indonesia tengah mengalami kesulitan.
"Dorong perekonomian Indonesia. Ekonomi bisa bertahan, pertumbuhan positif dan tinggi. Setelah itu jadi duta besar RI di Jepang, mitra strategis, perdagangan makin maju," kata SBY.
Dengan pertimbangan itu SBY melihat sosok M. Lutfi sebagai orang yang cocok menggantikan Gita Wirjawan. "Atas pengalaman dan penugasan berkaitan dengan ekonomi, investasi dan perdagangan dan setelah fit and proper test 2 hari lalu. Saya pandang Lutfi pantas dan tepat gantikan Gita Wirjawan," tegas Presiden.
M. Luthfi akan dilantik besok, Jumat (13/2).

Rabu, 12 Februari 2014

Team Asa Tenera Prima

Disini Saya Akan memperkenalkan Team Asa Tenera Prima
 Suriyadi,

Handoyo


 Taufik Ristumoyo Rambe
 Rahmat S Haz

Wanda Putra Dinata
Heri Lesmono




Analisa Sample Tanah

1. PT.Mitra Agro Palma / Triharvest
 Analisa Sample Tanah Team Asa Tenera Prima


KONSULTASI LAPANG DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN

Analisa Daun untuk Rekomendasi Pemupukan

PT.Asa Tenera Prima berdiri di bidang Jasa, saya akan melampirkan sedikit beberapa Perusahaan yang telah di ditangani serta di analisa dan rekomendasi pemupukannya oleh  Team Asa Tenera Prima antara lain adalah :

1. PT.Arjuna Utama Sawit
2. BBIP Palm Group :
  • PT BBIP Palm =>Jambi
  • PT Perkebunan Inti Sawit Subur => langkat
  • PT Flora Wahana Tirta => Riau
  • PT Kaswari Unggul => Jambi
  • PT Batanghari Sawit Sejahtera => Jambi
  • PT Eka Jaya Multi Perkasa => lahat
  • PT Arta Prigel => lahat
  • PT Adi Tarwan => lahat
3. Barito Group :
  •  PT Grand Utama Mandiri  => Pontianak
  • PT Tintin Boyok Sawit Makmur => Pontianak 
4. PT.Bhara Induk => Riau
5. PT.Candi Artha => Banjar Masin
6. PAS Group :
  • PT Cipta usaha Sejati => Pontianak
  • PT Jalin Vanco => pontianak 
7. PT.Citra Coprasindo Tami => Jambi
8. PT.Dwi Mitra Adhiusaha (DMA) => Sampit (kalimantan tengah)
9. PT.Fajar Pematang Indah Lestari => Jambi
10. PT.Ganda Buanindo => Riau
11. PT.Handaya Inti Plantation => Buol (sulawesi)
12. PT.Hasilindo Sawit Ciptama => Sumatra utara
13. Kencana Group :
  • PT Agri Eastborneo Kencana => Samaarinda
  • PT Agro Inti Kencana Mas => Balik Papan
  • PT Alam Raya kencana Mas => Balik Papan
  • PT Agro Jaya Tirta Kencana => Samarinda
  • PT Sawit Caltim Lestari => samarinda
  • PT SawindoKencana => Bangka belitung
14. Mahkota Grup :
  • PT Bumi Sawindo Permai => palembang
  • PT Mahkota Andalan Sawit => palembang
15. Minanga Group :
  • PT Kartika Mangestitama => Lampung
  • PT Gunung Meraksa Jaya => Palembang
16. PT.Mitra Ogan => palembang 
17. Musirawas Group :
  • PT Musiwaras Citra Harpindo => Sampit
  • PT Sumur Pandanwangi => Sampit
  • PT Uni Primacom => Sampit
18. PT.Palm Lastari Makmur => Riau
19. PT.Pinago Utama => Palembang
20. PT.Prima Agro Sawitindo =>Riau
21. PT.Pulau Subur => Palembang
22. PT.Rudy Agung Agralaksana => Jambi
23. PT.TriBakti Sarimas =>Riau
24. PT.Sebuku Inti Plantation => Nunukan-Kaltara
25. PT.Sebakis Inti Lestari => Nunukan-Kaltara
26. PT.Sugih Indah Sejati => Riau 
27. PT.Sumber Sawindo kencana => Belilas Riau
28. Yayasan Pesantren => Riau, Jambi, Sumbar
     
Nah demikianlah nama-nama Perusahaan yang telah di analisa shobat,,,
ternyata bnyak ya,ini belum semua,,jumlah yang telah dianalisa lebih dan kurang 50 perusahaan....ckckckck....team Asa emang is the best (y) 


Team Asa Tenera Prima lagi Analisa Daun

Selasa, 11 Februari 2014

Harga Buah Sawit di Riau

2014

Daftar Harga TBS Sawit 05 – 11 Februari 2014 Propinsi Riau

Buah Sawit mengalami penurunan harga antara Rp 8 – Rp 10 /Kg
Info Daftar Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit periode 05 – 11 Februari 2014 berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Propinsi Riau :
Umur
Harga  TBS
(Rp/Kg)
3 Tahun
1.403,64
4 Tahun
1.567,67
5 Tahun
1.677,62
6 Tahun
1.726,75
7 Tahun
 1.792,72
8 Tahun
1.848,60
9 Tahun
1.907,83
10 -20 Tahun
1.961,13










Sumber : Dinas Perkebunan Riau
Harga rata-rata CPO Riau                   = Rp 8.794,93  /kg
Harga rata-rata Inti Sawit  (kernel) = Rp 5.838,09 /Kg
Indeks “K”                                                =       88,29 %




Ini saya beritahukan info daftar harga ya shobat,semoga bermanfaat.key
by:ikaputrirahayu

 

Kisah Sukses Petani Sawit : Dulu Bagai Bulan Kesiangan, Kini Bulanan Dapat Jutaan

Kisah Sukses Petani sawit Riau Sunarto (Sumber  RiauPos)
Sunarto saat pertama tiba di Riau dari Jawa Tengah, tahun 1991, masih kelihatan kurus. Sunarto saat ini di 2012, rumahnya megah, mobilnya mewah. Sunarto adalah salah seorang petani sawit yang hidup sejahtera di Riau saat ini. (Foto : Riaupos.co)
Menjadi petani tidak lagi identik dengan kemiskinan. Apalagi menjadi petani sawit di Riau. Uang jutaan, kekayaan dan tentu saja kesejahteraan, sudah pasti dalam genggaman!
Laporan Zulmansyah, Riau
ADALAH Tumingan yang jadi bukti nyata. Lelaki kurus tinggi legam berusia 54 tahun ini, sejak 1993 lalu memilih menjadi petani sawit di Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) Mekar Sari di Sungai Pagar, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Itu berarti sudah hampir 20 tahun Tumingan bersama istrinya Nur, melakoni hidup sebagai petani sawit.
Sebelum menjadi petani sawit, Tumingan yang berasal dari Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis adalah buruh angkat pedagang antar-pulau. Hidupnya miskin, karena upah yang diperolehnya paling banyak Rp10 ribu per hari. Upah itu, hanya cukup untuk dua kali makan seorang bujangan.
Tumingan, selama dua tahun, juga pernah mencoba menjadi petani kelapa di pedalaman Kabupaten Indragiri Hilir, sekaligus bekerja sambilan di pabrik kopra kecil-kecilan atas ajakan pamannya. Namun hasilnya tidak memadai dan hidupnya tetap saja dalam belenggu kemiskinan dan penderitaan. ‘’Sebelum menjadi petani sawit, hidup saya benar-benar bagai bulan kesiangan, selalu lesu, pucat tanpa gairah. Sekarang, setelah menjadi petani sawit, bulanan selalu dapat uang jutaan. Alhamdulillah…,’’ kata Tumingan sumringah.
Awal ikut TSM Mekar Sari di Kamparkiri, Tumingan hanya dapat lahan garapan sekapling lahan sawit berukuran 18.000 M2 atau hampir 2 hektare. Tapi saat ini–setelah hampir 20 tahun– lahan garapan sawit miliknya sudah 10 kapling atau sekitar 20 hektare luasnya. ‘’Sudah cukup untuk saya, keluarga dan menyekolahkan anak-anak sampai tamat perguruan tinggi,’’ kata Tumingan bangga, seraya menyebut anak tertuanya sudah tamat FKIP Universitas Islam Riau dan yang nomor dua saat ini di Fakultas Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Qasim.
Cerita lelaki berputra empat ini, setiap hektare kebun sawitnya bisa menghasilkan dua sampai tiga ton buah sawit per panen, bergantung pupuk dan musim. Bila harga sawit sedang bagus mencapai Rp1.400 per kilogram, maka dari setiap kapling lahan sawitnya, Tumingan bisa memperoleh uang lebih Rp8 juta. ‘’Kalau 10 kapling ya bisa hampir Rp100 juta. Tapi itukan pendapatan kotor, belum dikurangi biaya pupuk, ongkos angkut dan lain-lain. Kalau harga sawit lagi bagus, minimal Rp5 juta sampai Rp6 juta per kapling alhamdulillah dapat di bawa pulang ke rumah,’’ ungkap Tumingan.
Dulunya, hasil berkebun sawit ditabung Tumingan untuk membeli lahan, menambah dan memperluas areal garapan kebun sawit miliknya. Tapi sekarang, hasil kebun sawit dibuat untuk membangun rumah megah, membeli kenderaan bermotor dan menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat perguruan tinggi. ‘’Sebagian uang sawit masih ada ditabung juga untuk bekal berangkat haji,’’ kata Tumingan, semangat.
Kisah sukses menjadi petani sawit, juga diceritakan Sunarto, 52 tahun, perantau asal Jawa Tengah yang kini bermukim dan berkebun sawit di Kerinci Kanan, Siak . Sunarto yang datang ke Riau bersama sejumlah perantau asal Wonogiri, Boyolali dan Seragen, pada awalnya mengikuti program transmigrasi di tahun 1994 dengan jatah lahan garapan sawit 2 hektare dari pemerintah, ditambah lahan untuk tanam palawija 0,5 hektare. ‘’Saya juga dijatahi Rp100 ribu per bulan untuk biaya hidup,’’ kata Sunarto memulai kisah hidupnya di Riau sebagai petani.
Karena niatnya merantau jauh meninggalkan tanah Jawa harus sukses, maka Sunarto bersama istrinya bersungguh-sungguh menjalani hidup sebagai petani sawit. Pahit getir awal membuka lahan dijalani Sunarto dengan iklas dan tabah. ‘’Alhamdullillah, akhirnya saya sukses sekarang ini. Menjadi petani sawit di Riau adalah pilihan yang tepat bagi saya dan istri,’’ kata Sunarto mengenang.
Selama 18 tahun bersungguh-sungguh menjadi petani sawit, lahan garapan  Sunarto sudah tidak 2 hektare lagi, melainkan telah bertambah luas menjadi 16 hektare. ‘’Sekarang, penghasilan saya antara Rp30 juta sampai Rp40 juta per bulan. Bukan Rp100 ribu lagi,’’ kata Sunarto mengenang.
Kisah petani sawit lainnya adalah kisah pasangan Darimi (58)-Jaan (55), yang memang tidak seberuntung Tumingan dan Sunarto. Darimi, perantau asal Lubuk Alung Sumatera Barat ini bertani sawit di Dusun Bakal Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Sudah lima belas tahun lamanya mantan nelayan ini berkebun sawit. Lahangarapannya pun cuma 3 hektare saja—dari dahulu sampai sekarang— tetap 3 hektare saja. ‘’Waktu kami beli, masih semak belantara. Harganya hanya Rp800 ribu per hektare,’’ jelas Jaan.
‘’Kebun kami, sekali panen, setiap 14 hari, dapat 2 ton. Sebulan dapatlah 4 ton. Tapi harga sekarang bulan Oktober ini lagi jatuh, cuma Rp750 per kilogram sawit. Syukur masih bisa dapat Rp3 juta per bulan,’’ tambah Jaan, akhir pekan lalu.
Ketika harga sawit bagus, jelas Jaan, dirinya bersama suami bisa mendapatkan lebih Rp6 juta per bulan. ‘’Dengan uang jutaan begitu, tentu kami bisa menyekolahkan anak kami sampai tamat universitas, sekaligus juga masih bisa ditabung,’’ ungkap Jaan.
Diakui Jaan, tidak semua petani sawit di Dusun Bakal bisa hidup sukses. Ada juga tetangganya yang gagal berkebun sawit. Mereka yang gagal adalah petani yang kurang tangguh, kurang gigih dan kurang bersungguh-sungguh. Ditambah pula lahan garapan mereka kurang dari sehektare.
Camat Tualang Roni Rachmat SSTP mengungkapkan, khusus di Dusun Bakal Tualang, tempat Darimi-Jaan bermukim, terdapat 2.700 jiwa. ‘’Sebagian besar mereka memang petani sawit. Sebagian lainnya bekerja di perusahaan perkebunan sawit,’’ ungkap Roni, Kamis (25/10).
Menjadi petani sawit, dilakukan masyarakat tempatan setelah melihat banyak perusahaan membuka lahan perkebunan, juga karena banyaknya transmigrasi yang masuk berkebun sawit. Warga tempatan Dusun Bakal dahulu banyak menjadi nelayan, hanya sebagian kecil bertanam palawija. ‘’Sekarang, hampir semua kepala keluarga di Dusun Bakal itu memiliki lahan perkebunan sawit. Pilihan menjadi petani sawit tampaknya memang memberi kesejahteraan bagi mereka saat ini,’’ kata Camat Tualang.
Success story petani sawit di Riau bukan cuma cerita berlebih-lebihan dari para petani. Penelitian Prof Dr Ir Sumardjo MS, Kepala CARE IPB dan Guru Besar IPB menyebutkan, tingkat pendapatan petani sawit di Riau bisa mencapai Rp3,8 juta/ha/bulan, bersih. Maka, setiap petani sawit di Riau yang memiliki lahan sekapling saja atau hanya 2 hektare luasnya, pendapatannya bisa mencapai Rp7,2 juta/kapling/bulan.
Bahkan, petani sawit yang bercocok-tanam di lahan rawa atau gambut pun, penghasilannya bisa mencapai Rp2,9 juta/ha/bulan, bersih. Pendapatan jutaan Rupiah seperti itu, jelas Sumardjo yang juga Penyuluh Pertanian Nasional ini, menyebabkan tingkat ekonomi petani sawit di Riau tinggi-tinggi.
Hasil penelitian Sumardjo juga mengungkapkan, jumlah petani sawit di Riau mencapai 352.022 Kepala Keluarga (KK), jauh lebih besar dari petani non-sawit yang hanya 271.259 KK. Begitu pun dengan luas areal lahan garapan perkebunan, totalnya 845.230,56 hektare, melebihi luas areal perkebunan sawit milik perusahaan yang hanya 769.992,85 hektare (selengkapnya lihat tabel). Itu berarti—bila dirata-rata—setiap KK petani sawit di Riau memiliki luas lahan garapan hampir 2,5 hektare.

Menjadikan Petani Indonesia Sejahtera

Pada peringatan HUT RI tahun 1963, Presiden Soekarno dengan lantang menyampaikan pidato bertajuk ‘’Jalannya Revolusi Kita (Jarek): Tanah untuk Tani!’’ Karena negeri ini bertanah subur, Presiden Soekarno menyakini kemakmuran dan kesejahteraan rakyat akan dapat dicapai dengan pertanian, asal semua petani memiliki tanah garapan, bukan sebagai buruh tani!
Keyakinan Presiden pertama RI itu—yang diungkapkannya lebih setengah abad lalu—masih relevan dengan keadaan saat ini. Menjadi petani, asal memiliki tanah garapan yang cukup, bisa hidup sejahtera. Tumingan, Sunarto dan Darimi, adalah contoh petani-petani di Riau yang bisa hidup melepaskan diri dari kemiskinan, bahkan kini bisa hidup sejahtera karena luasnya tanah garapan mereka.
Salah satu sukses dari Empat Sukses Pembangunan Pertanian Indonesia adalah peningkatan kesejahteraan petani. Salah satu solusi untuk peningkatan kesejahteraan petani itu adalah dengan menyediakan lahan garapan yang cukup untuk petani. Solusi lainnya adalah memberikan subsidi kepada petani, apakah itu subsidi bibit, subsidi pupuk, bantuan peralatan pertanian dan sebagainya.
Untuk petani sawit di Riau, beberapa kelompok tani pada awal pembukaan lahan garapannya juga mendapatkan subsidi, seperti yang dialami Tumingan dan Sunarto. Sebagaimana diungkapkan Ir H Muhibbul Basar MSi, Kepala Balai Benih Dinas Perkebunan Riau, yang menyebutkan petani sawit di 10 kabupaten/kota di Riau sebagian ada yang mendapatkan subsidi bibit unggul.
‘’Anggaran subsidi bibit sawit unggul itu, ada yang dari APBD Riau dan ada juga dari APBN. Jumlahnya milyaran Rupiah. Dengan memakai bibit sawit unggul, potensi penghasilan petani sawit Riau bisa di atas Rp3,5 juta per hektare per panen,’’ kata Muhibbul.
Sementara itu, Wakil Ketua KP3K (Komisi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kelautan) Riau Ir H A Kadir Hamid tegas menyebutkan sudah saatnya pemerintah, baik pusat maupun di daerah berkomitmen untuk pro-petani, dan harus segera diwujudkan dalam bentuk program-program yang nyata. Salah satunya adalah subsidi atas harga pokok produksi petani. ‘’Negara-negara maju saja mensubsidi petaninya. Karena itu, kalau pemerintah ini punya political will pro-petani, maka subsidi untuk petani adalah keharusan,’’ kata Kadir Hamid didampingi Sekretaris Ir H Muharnes.
Kadir Hamid mencontohkan, negara maju yang mensubsidi petaninya adalah Jepang yang mensubsidi 65 persen dari harga produksi, Amerika Serikat mensubsidi 24 persen, Uni Eropa mensubsidi sampai 49 persen. ‘’Bahkan di Korea Selatan, subsidi untuk petani mencapai 74 persen. Sehingga rakyatnya mau mengelola lahan-lahan pertanian dengan sungguh-sungguh, karena hasilnya sudah pasti bisa menghidupi dan menyejahterakan,’’ kata mantan Kepala Kanwil Pertanian Riau itu.
Kalau kebijakan subsidi ini berjalan baik, tinggal memperluas tanah garapan untuk petani. Tanah garapan itu masih sangat cukup di Indonesia karena berdasarkan data yang disampaikan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) H Oesman Sapta usai bertemu dengan Kepala BPN Pusat Hendarman Soepandji pertengahan Oktober lalu, saat ini masih terdapat 4,8 juta hektare lahan terlantar yang bisa digarap. ‘’HKTI mengusulkan kepada pemerintah agar petani dapat menggarap lahan terlantar yang ada di Indonesia itu, sehingga selain dapat meningkatkan pendapatan dan mengangkat kesejahteraan petani, juga sekaligus dapat meningkatkan produksi pertanian Indonesia,’’ kata Oesman.
Kajian HKTI, dengan pemberian lahan garapan seluas 1 sampai 2 hektare untuk satu kepala keluarga petani di Jawa dan 2 sampai 3 hektare untuk petani di luar Jawa, kesejahteraan untuk petani di Indonesia diyakini dapat diwujudkan.
Itu berarti—kata kuncinya—cukup dua strategi saja untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Pertama, komitmen pro-petani harus segera diwujudkan pemerintah dengan subsidi harga pokok produksi yang memadai seperti di negara-negara maju. Kedua, menyegerakan membagi-bagikan lahan terlantar untuk garapan petani sebagaimana usul HKTI. Dengan subsidi dan ketercukupan lahan garapan, maka tidak akan ada lagi petani di Indonesia yang miskin. Semua petani bisa sejahtera. Bukan hanya petani yang bertanam sawit saja se-perti di Riau yang bisa sejahtera, melainkan semua petani, apapun yang ditanamnya; padi, jagung, kedelai, coklat, semuanya.., akan membawa kesejahteraan bagi mereka, petani Indonesia. Buktikanlah.***


by:ikaputrirahayu.
Sedikit saya lampirkan Hama serangga (Musuh bagi tanaman Kelapa sawit) :)
Ini berbagai jenis Ulat Api 

Berbagai Hama serangga 
Nah............?? ternyata berbagai Hewan ini termasuk Hama bagi tanaman kelapa sawit
Kupu-Kupu ini  ternyata juga Hama loh .....
Nah..............ini contoh tanaman yang terkena Hama shobat

Ulat ini sangat berbahaya bagi tanaman tsb.








Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian  umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit di masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan  kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Balai Informasi Pertanian,1990).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit  tetap bertahan dan memberi sumbangan besar  terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.  Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit  adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)  adalah pengendalian hama dan penyakit.
 Sektor  perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dalam pembutan makalah ini, adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1.      Apa definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
2.      Apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
3.      Apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
4.      Bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Pembaca mengetahui definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.
2.      Pembaca mengetahui apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.
3.      Pembaca mengetahui apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.
4.      Pembaca mengetahui bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.


1.4  Dasar Pandangan
Tanaman Kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Daun kelapa sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2005).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun.
Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun, hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
      Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).
      Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air.
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
1.5  Metode Penulisan
Metode penulisan dalam pembutan makalah ini adalah secara kuantitatif yang artinya hanya berdasarkan sumber-sumber yang ada. Dalam pembutan makalah ini penulis tidak langsung melakukan percobaan ke lapangan hal ini di karekan keterbatasan waktu, sehingga penulis hanya mengambil data-data dari sumber/buku tentang ilmu pertanian.


BAB II
ISI
2.1 Definisi Hama dan Penyakit Tanaman
A.    Hama dan Penyakit Tanaman
“Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). “Hama tanaman sering disebut  ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani’” (Rukmana, 2002:14).  Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1.      Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2.      Organisme yang  “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3.      Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4.      Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;
5.      Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
            Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang  karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia.
Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-ruas, bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh serangga yang sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang menyusui, yang betina memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain: kelelawar, tupai, musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan nematode. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode adalah jenis cacing berukuran kecil  dan umumnya berbentuk silindris.
Golongan nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode dapat hidup sebagai parasit dalam tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang. Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti: kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
1.      Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
2.      Serangan hama pada bagian batang  atau cabang dan rangitng menyebabkan  pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
3.     Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).
      4.  Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun  
            bijinya hampa.
B.     Pengertian Penyakit Tanaman
“Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit.
Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan,
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil.
Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain). Cendawan dapat juga disebut jamur. Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunya klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Bakteri adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme) yang sebagian besar termasuk saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk lain, tidak merugikan dan menguntungkan  mahluk lain tersebut). Virus adalah pathogen obligat (hanya hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup). Ukuran virus amat kecil (submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu protein dan nucleic acid.
Virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada semua bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan tempat tanaman tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitat asli tanaman, sehingga tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal. “Gejala penyakit akibat faktor lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit akibat dari mahluk hidup, perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan tidak menular” (Rukmana, 2005).
Penyakit tanaman yang merupakan suatu penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat beragam bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak coklat dan busuk. Akibatnya, tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis secara maksimal. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan ekonomis, berupa penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit sehingga tanaman tersebut sakit.
Tangkai bunga atau buah berubah warna dari hijau menjadi kuning, bahkan diikuti dengan terjadinya gugur bunga atau buah. Akar tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang membengkak dan berbintil-bintil mirip “gada” sehingga tidak mampu menghisal air dan unsure hara merupakan pertanda diserang penyakit akar bengkak.
Setiap parasit tanaman berkembang dalam siklus kejadian-kejadian yang berurutan dengan teratur, yakni sebagai berikut (Rukmana, 2005):
1.      Parasit harus menghasilkan inokulum yang dapat menularkan penyakit ke tanaman yang sehat. Misalnya, inokulum virus adalah virion, bakteri berupa sel-sel bakteri, cendawan dengan spora, dan nematode dalam bentuk telur atau larva instar kedua.
2.      Inokulum disebarkan ke jaringan-jaringan yang peka (rentan). Proses ini disebut “inokulasi”. Agen inokulasi dapat berupa serangga (untuk virus, bakteri, mycoplasma, dan cendawan) atau air dan angin (untuk cendawan).
3.      Parasit harus masuk ke dalam tanaman  melalui luka, bukaan alami (stomata, hidatoda, lentisel), atau menginfeksi langsung pada tanaman.
4.      Parasit mulai memparasit dalam tanaman inangnya. Proses ini disebut “infeksi”.
Siklus kejadian di atas berulang dengan cepat atau  lambat, tergantung pada kelahiran  (natality) parasit. Oleh karena itu bila tidak dilakukan usaha pengendalian, akan terjadi penyebaran dan ledakan hebat suatu penyakit (epidemi).
2.2  Jenis-jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Kelapa Sawit
A.    Hama yang menyerang tanaman kelapa sawit
1.       Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna bronz. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau.Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.
            Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
2.       Hama serangga.
Penyebab: Hama ulat setora (Setora nitens)
            Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.
            Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3%
3.      Kumbang oryctes
Penyebab:  Oryctes rhinoceros
            Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.
           
Pengendalian : untuk mencegah berkembangnya hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang mati dibakar agar larva hama ini mati. Pemberantasan secara biologis dengan menggunakan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.
4.      The oil palm bunch moth
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
            Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
            Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
5.      Mamalia
            Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
            Pengendalianya : dengan  cara biologi yaitu dengan cara memeliraha hewan peredator yg memangsa hewan tersebut. Salah satu contohnya adalah memelihara burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya  untuk membasmi hama tikus.


B.     Penyakit yang paling sering  menyerang tanaman kelapa sawit
1.      Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
A.      Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.
B.      Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
C.      Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.
Pengendalian :
A.      Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
B.      Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
2.      Penyakit garis kuning pada daun
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
A.      Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
B.      Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
C.      Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
            Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
3.      Penyakit batang dry basal rot.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
A.      Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
B.      Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.
C.      Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
         Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
4.      Penyakit busuk tandan (bunch rot)
Penyebab : cendawan Marasmius palmivorus sharples.
Gejala serangan :
A.      Penyakit ini menyerang tanaman berumur 3 – 10 tahun.
B.      Menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.
      Pengendalian :
A.      Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
B.      Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar tandan buah yang terserang.
C.      Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi
0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.
BAB II
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
   Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, antara lain :
1.       Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit.
2.      Masing-masing hama dan penyakit memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
3.      Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api, dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
4.      Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering diserang yaitu bagian daun tanaman.
5.      Pengendalian penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida atapunu pestisida, sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan predator dari hama itu sendiri, untk menghindari ledakan hama penyerang tanaman ini.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.